MUSEUM SRI BADUGA
Kelompok
48 :
Fitriyani
Galuh
Kusumadewi
Heni
Rahmawati
Ihya
Ulumuddin
PEMERINTAHAN
KABUPATEN BEKASI
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA
N 2 TAMBUN UTARA
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
SASANA BUDAYA GANESHA,MUSEUM GEOLOGI,MUSEUM SRI
BADUGA
Ditulis sebagai salah satu tugas untuk melengkapi
nilai pelajaran di SMA N 2 Tambun Utara
Mengetahui, Bekasi,26
februari 2013
Kepala SMA N 2 tambun utara, Guru pembimbing,
Dra.Moh.Ilham Hasan,M.M Rahmi,S.Pd
NIP.19630127 199103 1 003 NIP. 1980030 420092 2 002
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu
apapun.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing kami yang menugaskan kepada kami untuk membuat laporan ini sebagaimana untuk melengkapi nilai pelajaran di SMA N 2 Tambun Utara tahun ajaran 2012/2013.
Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya laporan ini.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing kami yang menugaskan kepada kami untuk membuat laporan ini sebagaimana untuk melengkapi nilai pelajaran di SMA N 2 Tambun Utara tahun ajaran 2012/2013.
Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya laporan ini.
Bekasi,26
februari 2013
Penulis
MUSEUM SRI BADUGA
buka pada hari Senin–Jum’at pukul
08.00–15.00 WIB, Sabtu–Minggu pukul 08.00–14.00 WIB. Sedangkan pada hari-hari
libur nasional, museum ini tutup.
Museum Negeri Sri Baduga terletak di
ruas Jalan B.K.R. 185 Tegallega dan berhadapan langsung dengan Monumen Bandung
Lautan Api, dirintis sejak tahun 1974 dengan memanfaatkan lahan dan bangunan
bekas kewedanaan Tegallega.
Bangunan Museum ini berbentuk suhunan
panjang dan rumah panggung khas Jawa Barat yang dipadukan dengan gaya
arsitektur modern.adapun bangunan aslinya tetap dipertahankan dan difungsikan
sebagai ruang perkantoran. Museum ini memiliki koleksi yang sangat kaya berupa barang-barang
seni budaya Jawa Barat yang berhubungan dengan biologi, etnografi, arkeologi,
numismatik, filologi, dermatologi, seni murni dan teknologi.
Sejarah Museum Sri Baduga
Tahap pertama pembangunan museum ini diselesaikan pada tahun 1980, lalu diresmikan pada tanggal 5 Juni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daud Yusuf yang memberinya nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat.
Areal museum yang luasnya mencapai 8.415,5 m2 ini dibagi menjadi dua bagian.wilayah publik atau public area (mencakup gedung pameran dan auditorium) dan wilayah bukan publik atau non public area (mencakup ruang perkantoran Kepala Museum, Sub Bagian Tata Usaha, Kelompok Kerja Bimbingan dan Edukasi, Kelompok Kerja Konservasi dan Preparasi serta Kelompok Kerja Koleksi yang termasuk di dalamnya Gedung Penyimpanan Koleksi).
Sepuluh tahun kemudian, nama
museum ini dilengkapi dengan nama “Sri Baduga” yang diambil dari nama seorang
raja Sunda yang bertahta di Pakwan Pajajaran sekitar abad ke-16 Masehi. Nama
raja tersebut tertuang dalam prasasti Batutulis (Bogor)
sebagai SRI BADUGA MAHARAJA RATU
HAJI I PAKWAN PAJAJARAN SRI RATU DEWATA.
Sebagai
sebuah Museum umum dengan beragam koleksi dari bidang Geologi, Biologi,
Etnografi, Arkeologi, dan Sejarah, juga Numismatika/Heraldika, Filologi,
Keramik, serta Seni Rupa dan Teknologi, museum ini mencatat tidak kurang dari
5.367 buah koleksi yang dimiliki.koleksi terbanyak berasal dari rumpun ilmu
Etnografi yang berhubungan dengan benda-benda budaya daerah. Koleksi-koleksi
yang dimiliki tidak terbatas pada bentuk realia (asli) saja, tetapi juga
dilengkapi dengan koleksi replika, miniatur, foto, dan maket. Benda-benda
koleksi tersebut selain dipamerkan dalam pameran tetap, juga didokumentasikan
dengan sistem komputerisasi dan disimpan di gudang penyimpanan koleksi. Mengingat perkembangan peran dan fungsi museum sebagai sebuah tempat atau wahana dalam menunjang pendidikan, menambah pengetahuan, dan rekreasi; Museum Negeri “Sri Baduga” Propinsi Jawa Barat melaksanakan renovasi terhadap tata pameran tetap secara bertahap mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, termasuk perluasan ruang pameran baru di lantai tiga.
Pengelompokan area pameran ini dibagi menjadi tiga buah lantai. Lantai satu menampilkan perkembangan awal dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini, sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat digambarkan dengan menampilkan benda-benda peninggalan buatan tangan dari masa Prasejarah hingga zaman Hindu-Buddha.
Lantai dua memuat materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian hidup, perdagangan, dan transportasi, juga pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah perjuangan bangsa,serta lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa Barat.
Lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, kesenian, serta keramik asing.
Koleksi yang dimiliki
sri baduga dapat dikategorikan ke dalam sepuluh jenis ,yaitu :
1)
geologika,
koleksi dari bidang geologi, termasuk batuan, mineral, fosil, dan barang yang
terbuat secara alami.
2)
biologika,
yaitu koleksi dari keilmuan biologi, di dalamnya ada tengkorak, tumbuhan,
binatang, baik yang telah menjadi fosil ataupun yang masih utuh.
3)
etnografika,
koleksi dari bidang antropologi, merupakan barang hasil budaya atau
menggambarkan identitas suatu bangsa.
4)
arkeologika,
yaitu hasil budaya zaman purba, terutama yang bertalian dengan ilmu arkeologi.
5)
historika,
yaitu koleksi yang memiliki nilai sejarah dan jadi objek penelitian sejarah.
6)
numisamatika/-heraldika,
yaitu koleksi mata uang atau alat tukar yang sah. Heraldika adalah semua tanda
jasa, lambang, dan tanda pangkat resmi (termasuk cap dan stempel).
7)
filologika,
yaitu koleksi yang bertalian dengan ilmu filologi, merupakan naskah kuno
terbuat dari tangan atau manuskrip.
8)
keramologika,
koleksi yang terbuat dari tanah liat yang dibakar.merupakan barang mudah pecah.
9)
seni rupa,
kolek si yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia melalui objek dua
dimensi dan tiga dimensi.
10)
teknologika,
koleksi yang menggambarkan perkembangan teknologi dari yang tradisional hingga
yang modern.
0 komentar:
Posting Komentar